Senin, 04 Mei 2015

PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN CEDERA

A.    Faktor Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah. Fasilitas bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Sarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olah raga. Prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari tempat olahraga dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya jelas dan memenuhi persyaratanyang ditetapkan untuk pelaksanaan program kegiatan olah raga. Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa sarana prasarana oloahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan olah raga. Sarana prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan masyarakat yang baik.

a.      Jenis-Jenis Fasilitas dan Usaha Pencegahan Cedera Karena Fasilitas
Usahakan suatu keadaan sekitar fasilitas olahraga yang aman :
Ø  Singkirkanlah batu, pecahan kaca, debu di lintasan atau tempat yang akan dipergunakan. Hal ini akan mengurangi terjadinya luka lecet atau iris.
Ø  Ratakan permukaan dan tutuplah lubang-lubang yang ada, untuk mencegah kecelakaan, jatuh dan “sprain” dari pergelangan kaki.
Ø  Menyediakan ruang lebih yang cukup setelah garis finis atau sekitar lapangan pertandingan, misalnya dengan menyingkirkan penghalang-penghalang, penonton dan kursi-kursi.
Fasilitas olahraga yang tidak memadai akan lebih mudah mengakibatkan cedera, maka fasilitas olahraga harus diperhatikan pada saat ingin melakukan aktifitas olahraga. Seperti :
a.   Lapangan
b.   Stadion
c.   Hall
d.   GOR
e.   Gelenggang
f.    Treack And Field
g.   Udara
h.   Sungai
i.    Danau
j.    Laut
k.   Pantai
l.    lapangan hijau

B.     Penggunaan Sarana Pelindung
Sarana pelindung adalah alat-alat yang digunakan saat berolahraga seperti proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus lainnya.
Sarana pelindung yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan/pelindung kaki dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain.

a.      Jenis-Jenis Sarana Pelindung
Sarana pelindung adalah peralatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, yang akan menghindari terjadinya cedera, sarana pelindung yang harus diperhatikan untuk melindungi bagian tubuh adalah sebagai berikut :
Ø  Pelindung kepala : Helm, helmet, haed guard
Ø  Pelindung muka : Masker
Ø  Pelindung mata : Gogleus
Ø  Pelindung hidung : Nose Clip
Ø  Pelindung gigi : Gum shield
Ø  Pelindung leher : Neck guard
Ø  Pelindung tangan : Glop
Ø  Pelindung badan : Body profector
Ø  Pelindung paha / tungkai : Leg guard
Ø  Pelindung lutut : Knee Pads
Ø  Pelindung alat kelamin : Genital profector
Ø  Pelindung tulang kering : Skin decker
Ø  Pelindung kaki : Sepatu



C.     Faktor Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan suatu kegiatan/aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan energi untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk kebutuhan-keperluan lainnya yang tajam.
Di bawah ini akan ada beberapa ahli yang menjelaskan tentang apa sebenarnya kebugaran jasmani itu.
Menurut Judith Rink dalam Mochamad Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. Djoko Pekik (2004: 2), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih menikmati waktu luangnya.

a.      Komponen-Komponen Kebugaran Jasmani
Komponen-komponen kebugaran jasmani merupakan satu kesatuan dan memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain, dan masing-masing komponen memiliki ciri-ciri tersendiri serta memiliki fungsi pokok atau berpengaruh pada kebugaran jasmani seseorang.
Agar seseorang dapat dikatakan tingkat kondisi fisiknya baik atau tingkat kebugaran jasmaninya baik, maka status setiap komponen kebugaran jasmani harus dalam katagori yang baik.

           
b.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani
Kondisi fisik adalah merupakan prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada olahraga. Kondisi fisik yang baik akan mencegah terjadinya cidera pada waktu melakukan aktifitas olahraga. Juga akan mengurangi keparahan apabila mendapatkan cidera. Kemampuan maksimal dari penampilan seorang olahragawan akan diperoleh dengan kecukupan dalam kekuatan otot dan keseimbangan, power, daya tahan, kordinasi neuromuskuler, fleksibilitas sendi, daya tahan kardiovaskuler, dan komposisi tubuh yang sesuai untuk olahraga.
Menurut Perry Howard (1997: 37-38) faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani adalah: umur, jenis kelamin, somatotipe, atau bentuk badan, keadaan kesehatan, gizi, berat badan, tidur atau istirahat, dan kegiatan jasmaniah. Penjelasan secara singkat sebagai berikut:
Ø  Umur
Setiap tingkatan umur mempunyai keuntungan yang sendiri. Kebugaran jasmani dapat ditingkatkan pada hampir semua usia.

Ø  Jenis kelamin
Masing-masing jenis kelamin memiliki keuntungan yang berbeda. Secara hukum dasar wanita memiliki potensi tingkat kebugaran jasmani yang lebih tinggi dari pria..
Ø  Somatotipe atau bentuk tubuh
Kebugaran jasmani yang baik dapat dicapai dengan bentuk badan apapun sesuai dengan potensinya.
Ø  Keadaan kesehatan
Kebugaran jasmani tidak dapat dipertahankan jika kesehatan badan tidak baik atau sakit.
Ø  Gizi
Makanan sangat perlu, jika hendak mencapai dan mempertahankan kebugaran jasmani dan kesehatan badan. Makanan yang seimbang (12% protein, 50% karbohidrat, 38 % lemak) akan mengisi kebutuhan gizi tubuh.
Ø  Berat badan
Berat badan ideal dan berlebihan atau kurang akan dapat melakukan perkerjaan dengan mudah dan efesien.
Ø  Tidur dan istirahat
Tubuh membutuhkan istirahat untuk membangun kembali otot-otot setelah latihan sebanyak kebutuhan latihan di dalam merangsang pertumbuhan otot. Istirahat yang cukup perlu bagi badan dan pikiran dengan makanan dan udara.
Ø  Kegiatan jasmaniah atau fisik.
Ø  Kegiatan jasmaniah atau fisik yang dilakukan sesuai dengan prinsip latihan, takaran latihan, dan metode latihan yang benar akan membuat hasil yang baik. Kegiatan jasmani mencegah timbulnya gejala atrofi karena badan yang tidak diberi kegiatan. Atrofi didefinisikan sebagai hilang atau mengecilnya bentuk otot karena musnahnya serabut otot. Pada dasarnya dapat terjadi baik secara fisiologi maupun patologi. Secara fisiologi, atrofi otot terjadi pada otot-otot yang terdapat pada anggota gerak yang lama tidak digunakan seperti pada keadaan anggota gerak yang dibungkus dengan gips. Atrofi ini sering disebut disuse atrofi. Sebaliknya, secara patologi atrofi otot dibagi menjadi 3, yaitu: atrofi neurogenik, atrofi miogenik, dan atrofi artogenik. Atrofi neurogenik timbul akibat adanya lesi pada komponen motorneuron atau akson (Sidharta, 2008).

D.    Faktor Psikologi
Seorang atlet maupun penghobi olahraga harus memiliki mental bertanding yang baik. Mental bertanding yang baik menyangkut kepercayaan diri yang tinggi tetapi tidak sombong, tidak mudah cemas/grogi, tidak mudah marah/emosi tinggi dan sebagainya. Oleh karena itu pemantapan mental bertanding seorang atlet sangatlah penting untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara diantaranya sebagai berikut :
Melakukan pendekatan-pendekatan psikologis. Dimana lebih baik hal ini dapat kita lakukan pada seorang atlet sejak masa usia dini sehingga atlet memiliki bekal mental yang tangguh.
Dalam pelatihan olahraga, cara pelatih merancang situasi latihan, cara pelatih menetapkan sasaran, serta sikap dan perilaku pelatih dalam kepelatihannya dapat mempengaruhi partisipasi atlet ke dalam olahraga. Pelatih tidak hanya berperan dalam situasi olahraga, namun seringkali juga pelatih memiliki pengaruh terhadap aspek lain dalam kehidupan si atlet. Demikian pentingnya peran pelatih dalam olahraga , karena itu pelatih sangat  berperan sebagai pembina mental atlet


a.      Psikologi Olahraga
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa dan semua aspek tingkah laku manusia baik aspek kognitif, afektid, ataupun psikomotor. Psikologi juga mempersoalkan inti dari jiwa manusia dan nilainya bagi manusi itu sendiri serta disekitarnya.
Olahraga adalah Perilaku gerak manusia yang bersifat universal yang tidak hanya berorientasi pada fisik semata, namun juga aspek psikisnya.
Psikologi Olahraga menurut para ahli sebagai berikut :
Ø  Psikologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi partisipasi dalam olahraga dan latihan serta pengaruh-pengaruh psikologis yang diperoleh dari partisipasi olahraga tersebut. (Williams dan Straub, 1993).
Ø  Psikologi olahraga adalah studi ilmiah tentang individu dan perilakunya dalam olahraga dan latihan. (Gould dan Weinberg, 1995).

b.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psikologi
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi dalam proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

Ø  Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Ø  Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.






E.     Pengertian Latihan-Latihan Progresif
Latihan progresip adalah latihan-latihan yang menguntungkan pada saat dadakan. Perlu ditekankan prinsip-prinsip pemberian beban lebih yang bertahap dan prinsip spesifisitas dari latihan.
Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efketifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.

Ø  Latihan progresif untuk lari lintas alam, perlombaan atletik tes Pola NAPFA (lihat Bab 6) memerlukan waktu minimal 4 sampai 6 minggu (sebaiknya paling tidak 8 sampai 12 minggu).
Ø  Petunjuk resep ‘FITT’ dapat diterapkan untuk latihan – latihan progresif ini :
ü  F = Frekuensi : 3 sampai 5 hari setiap minggu
ü  I = Intensitas : Mulailah dengan 60 % sampai 75 % dari denyut jantung maksimal yang sebenarnya atau yang diperkirakan menurut umur. Tingkatkan sampai 70 % - 85 %.
ü  T = Tipe aktivitas : Aerobik (misalnya jogging), kalistenik (misalnya pere-gangan, menyentuh jari kaki) dan latihan yang spesifik terhadap perlombaan (misalnya nomor – nomor tes NAPFA).
ü  T = Time (Waktu) : Setiap kali mulailah dengan berlatih 5 sampai 15 menit; tingkatkan sampai 30 – 60 menit.

F.     Faktor Prilaku Olahraga
 “Aksi sama dengan reaksi”, oleh karena itu :
Ø  Perilaku yang tidak sportif menimbulkan respon yang sama atau lebih jelek lagi.
Ø  Kekuatan (dan oleh karena itu juga cedera yang sama seringkali diderita baik oleh pelaku maupun oleh calon korbannya. Sebagai contoh niat untuk menendang garas lawan dengan kaki sering menyebabkan cedera pada garas sendiri.


G.    Warming Up/Pemanasan
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.



H.    Cooling Down/Pendinginan
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan. Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.











DAFTAR PUSTAKA

Ø  Hadianto Wibowo. 1995. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Ø  Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ø  Len Kravitz. 1997. Panduan Lengkap: Bugar Total. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ø  Michael J.Alter. 2003. 300 Teknik Peregangan Olahraga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ø  Adi, Purnomo. 2003. Lokakarya Fasilitas Olahraga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.



Senin, 20 April 2015

cedera sedang, cedera parah dan cedera lainnya dalam olahraga

a.     Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat ini kerusakan jaringan didalam tubuh akan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Hal ini disebabkan karena bagian dari otot- otot dan bagian lainnya mengalami  permasalahan akibat aktivitas olahraga yang berlebihan maupun terjadinya kontak tubuh dengan orang lain dalam berolahraga. Biasanya Keluhan yang dialami berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi. Seperti contoh dibawah ini akan menjelaskan lebih rinci mengenai cedera sedang yaitu:
Ø  Strain
Strain merupakan cedera dimana terjadinya penguluran ataupun regangan pada serat otot/ tendon bahkan akan semakin parah akibat terjadinya kerobekan pada struktur muskulo- tendinous (otot dan tendon). Pada cedera ini mempunyai tingkatan- tingkatan dimana apabila strain yang dialami penderita masih berada pada tingkatan 1 artinya tidak terjadi kerobekan pada otot namun mengalami peregangan pada otot hanya membutuhkan istirahat secukupnya untuk pemulihan cedera yang dialami. Namun apabila strain yang dialami penderita pada tingkatan 2 sampai 3 maka harus perlu penanganan yang serius karena jika tidak akan berdampak buruk bagi otot penderita dikemudian hari. Pada strain tingkat 2 robekan otot hanya sebagian saja dimana penderita akan mengalami gejala seperti rasa nyeri, dan sakit dan bengkak sehingga kekuatan otot saat melakukan aktivitas olahraga melemah. Pada strain tingkatan 3 ini keadaan otot sudah mengalami kerobekan sehingga harus ditindak lanjuti jika memang sudah terlalu parah, dilakukan pembedahan jika diharuskan. Cedera ini terjadi karena otot- otot berkontraksi melawan/ menolak daya resitensinya secara cepat, juga disebabkan karena ketidakseimbangan otot yang merupakan hasil pembangunan sekelompok otot tertentu secara berlebihan dibanding sekelompok otot yang lain. Faktor lain penyebab strain yaitu kurangnya latihan pemanasan  saat melakukan aktivitas olahraga serta peningkatan latihan yang terlalu cepat. Untuk strain tingkatan 2 sampai 3 cara perawatan yang dilakukan yaitu pertama aktivitas olahraga yang dilakukan harus dihentikan agar strain yang dialami tidak menjadi parah. Selanjutnya mengompres dengan es 2- 3 hari secara teratur, dan alevasi ( meninggikan bagian yang cedera) guna untuk menghentikan pendarahan pada otot.  Setelah selesai mengompres dengan es selanjutnya diganti dengan mengompres dengan air hangat 20- 30 menit, 3 kali sehari diiringi dengan latihan- latihan kecil guna untuk membuat otot tidak kaku dan memungkinkan otot bisa bergerak semaksimal mungkin tanpa mengunakan beban latihan. Biasanya apabila strain yang dialami sudah parah akibat otot yang sudah putus maka dibutuhkan perawatan medis. Perawatan yang dilakukan yaitu pembedahan untuk usaha pembenahan otot dan perlunya program rehabilitasi dibawah pengarahan seorang ahli terapi.
Menurut Paul M. Taylor D.P.M (juni 1997) yang diterjemahkan ole jamal kabib di dalam bukunya yang berjudul mencegah dan mengatasi cedera olahraga hal: 125 menjelaskan bahwa strain terjadi karena tertariknya otot pada serat didalam otot karena diregangkan secara berlebihan. Selanjutnya dijelaskan lagi Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.”

Add caption






Ø  Sprain
Sprain atau yang sering disebut keseleo merupakan bentuk cedera pada ligamen yang disebabkan oleh adanya tekanan pada tensil (ligamen adalah sekumpulan jaringan penghubung dimana jaringan ini yang menghubungkan secara bersama- sama pada persendian). Ada beberapa jenis sprain yaitu:
a.      Keseleo ringan, pada tingkatan ini cedera yang dialami penderita hanya mengalami kerusakan pada urat ligamennya. Gejala yang dialami penderita yaitu rasa sakit, pembengkakan kecil pada cedera, sedikit pendarahan tetapi tidak terjadi leksitas abnormal. Perawatan yang dilakukan pada cedera ini yaitu cukup dengan mengompres cedera dengan es batu yang rutin dan tidak melakukan aktivitas olahraga untuk sementara.
b.      Keseleo sedang, dimana pada cedera ini terjadi kerusakan ligamen yang leih besar tetapi tidak sampai putus total. Gejala yang timbul pada penderita yaitu rasa sakit atau nyeri, bengkak, terjadi pendarahan yang lebih banyak, dan yang lebih parah lagi hilangnya stabilitas pada bagian yang terkena cedera terutama pada lutut. Pada cedera tingkat ini penderita harus beristirahat 1- 2 bulan dan tidak melakukan aktivitas olahraga serta perlu program rehabilitas untuk memperbaiki kondisi otot dan pemulihan cedera.
c.       Keseleo parah, dimana pada tingkatan ini ligamen mengalami putus secara total dan bagian otot yang terkena cedera ini tidak dapat digerakkan. Hal ini bisa saja karena telah terjadi robekan pada bagian ligamen yang lain. Pada cedera tingkatan ini penderita harus beristirahat total dan jika perlu bisa melakukan operasi agar cedera yang dialami tidak menjadi lebih parah serta proses pemulihan cederapun dengan segera sembuh.
 Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga”. Didukung oleh Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Ditambah dengan Paul M. Taylor, D.P.M. didalam buku yang diterjemahkan oleh jamal khabib yang berjudul mencegah dan mengatasi cedera olahraga hal:115 yang menjelaskan keseleo terjadi akibat adanya tekanan yang rendah secara berulang- ulang dalam jangka waktu yang lama baik secara membelok, memutar, menyamping dan sebagainya.

Add caption







b.     Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang. Seperti contoh dibawah ini akan menjelaskan lebih rinci mengenai cedera berat yaitu:

Ø  Dislokasi
Dislokasi merupakan suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang tidak lagi berada pada sendinya artinya ada perubahan atau geseran yang terjadi pada tulang dan sendi tulang tersebut. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah seperti olahraga sepak bola, dan hokiseta olahraga- olahraga yang beresiko lainnya yaitu seperti bermain ski, senam, bola basket, bola voli dan sebagainya. Salah satu contoh dislokasi pada jari yaitu ketika ada benturan yang berlawanan dengan bola basket yang bisa mengakibatkan dislokasi.cara penanganan yang bisa kita lakukan pada cedera ini dengan cara reduksi ringan seperti menarik- narik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Apabila tidak mempunya respons maka langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan reposisi dengan anasthsi local. Selain itu banyak cara- cara perawatan lain yang dilakukan pada cedera ini seperti membalut bagian dislokasi untuk menjaga kesetabilitasan sendi pada tempatnya, juga bisa dilakukan dengan terapi oleh ahli pijat.
Menurut brunner dan suddarth (2000) dislokasi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tidak lagi dalam hubungan anatomis. Hal ini sependapat dengan sjamsuhidajat (2011) buku ajar ilmu bedah edisi 3, hal 1046 menjelaskan bahwa Dislokasi adalah cedera yang terjadi karena tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain. Hal ini juga didukung oleh Kartono Mohammad (2001: 31) yang menjelaskan Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor Akibanya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.

Add caption






Ø  Fraktur
Fraktual merupakan cedera yang terjadi karena tulang mengalami tekanan secara terus- menerus maupun benturan dengan benda tumpul yang menyebabkan pemutusan dan keretakan yang terjadi pada struktur tulang  sehingga perlu dilakukan diagnosa. Diagnosa biasanya bisa diperoleh dari keluhan- keluhan, rasa sakit pada bagian cedera, yang menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas olahraga lagi untuk sementara waktu. Dengan diagnosa ini akan lebih lanjut di tangani oleh ahli medis dengan menggunakan sinar-X. Disana akan dilakukan scan tulang dimana proses ini dilakukan dengan menyuntikan bahan radioaktif dosis rendah pada pasien melalui pembuluh darah. Fungsinya untuk menyembuhkan jaringan yang meradang pada tulang yang retak dalam jangka pendek dan dapat dicatat dengan alat penghitung geiger dan kamera. Tes ini biasanya tepat sekali untuk mengetahui adanya microfrakture sebelum diketahui dengan pasti dengan sinar-X. Perawat6an dapat dilakukan dengan melakukan istirahat secukupnya, tetapi jangan menghentikan total aktivitas olahraga. Untuk kesembuhan cedera tergantung individu seseorang maupun model dan aktivitas olahraga yang dilakukan apakan berat, sedang ataupun ringan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
b. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Didukung oleh back dan marassarin berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan yang berlebihan. Menurut lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Juga jelaskan oleh Paul M. Taylor, D.P.M. didalam buku yang diterjemahkan oleh jamal khabib yang berjudul mencegah dan mengatasi cedera olahraga hal: 174 yang menjelaskan setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus- menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress fracture).

Add caption





c.      Cedera lainnya
Pada cdra tingkat ini gabungan dari cedera tingkat 1, 2, dan 3 yang mana cedera tingkatan ini bisa dikatakan tidak berbahaya namun juga akan berdampak sangat serius dan perlu penanganan yang lebih efesien dan berkelanjutan. Cedera tingkatan ini terkadang hanya membutuhkan penanganan sementara saja namun jika penanganan yang dilakukan terlalu lama dilakukan maka akan menyebabkan hal- hal yang patal. Seperti contoh dibawah ini akan menjelaskan lebih rinci mengenai cedera lainya yaitu:
Ø  Kejang
Kejang adalah suatu perubahan aktivitas motorik atau gerak abnormal yang tanpa atau disertai dengan perubahan prilaku yang sifatnya sementara yang disebabkan akibat perubahan aktivitas elektrik di otak. Kejang yang terjadi apabila hanya berlangsung dakam beberapa detik biasanya tidak membawa dampak yang berarti namun apabila kejang yang terjadi sampai waktu yang begitu lama harus sesegera mungkin mendapatkan pertolongan  dan perawatan karena jika tidak akan membahayakan seperti adanya kerusakan pada otak pada penderita. Pada saat  kejang jangan pernah memasukkan apapun kedalam mulut penderita seperti air, obat- obatan, makanan dan sebagainya  karena akan menyulitkan penderita untuk melakukan pernapasan dan bisa-bisa membuat penderita tersendak. Tanda- tanda yang dialami penderita saat kejang yaitu tubuh seperti tersentak, air liur keluar, muntah, kulit agak sedikit gelap, bahkan bukan tidak mungkin beresiko hilangnya kesadaran.
Menurut consensus statement on febrile seizures (1980) menjelaskan kejang adalah kejadian bayi ataupun anak yang berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Hal ini juga di jelaskan oleh Dr. Rusepno hasan yang mendefinisiskan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses eksta kranium..

Add caption




Ø  Syock
Syock adalah suatu keadaan yang serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah keseluruh tubuh terutama ke organ vital dalam jumlah yang memadai serta tekanan darah yang terlalu rendah. Gejala yang timbul berupa hilangnya kesadaran diri, kondisi tubuh yang tidak stabil, kulit pucat, nyeri dada, denyut nadi yang tidak teratur, pernapasan yang tersendak- sendak, kepala pusing, kondisi badan melemah. Jenis- jenis syok yang terjadi disebabkan karena berhubungan dengan kelainan jantung, akibat penurunan tekanan darah, akibat adanya reaksi alergi dalam tubuh, berhubungan dengan adanya infeksi pada bagian tubuh, dan akibat adanya kerusakan pada system syaraf. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan menghangatkan tubuh penderita, jika adanya luka maka segera hentikan pendarahan, pernapasan penderita diperiksa, dan jika syock yang terjadi semakin parah harus ditangani oleh para medis dan rumah sakit.
Menurut Toni Ashadi (2006) menjelaskan bahwa syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostatis. Pedapat ini juga dikemukakan oleh Brunner dan suddarth (2000) menjelaskan bahwa seorang dengan cedera  harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, atau septik syok).

Add caption



Ø  Pingsan
Pingsan merupakan suatu keadaan dimana penderita mengalami kesadaran yang sifatnya hanya sementara dan secara mendadak dimana keadaan ini disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen yang masuk ke otak karena detak jantung yang melemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Biasanya pingsan terjadi karena kurangnya istirahat akibat aktivitas yang berat, juga melemahnya tubuh karena tidak adanya tenaga disebabkan tidak ada asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Faktor lain penyebab pingsan yaitu karena tubuh terlalu lelah diakibatkan tekanan dari berbagai hal seperti pikiran, masalah, aktivitas berat dan sebagainya. Pingsan yang disebabkan oleh adanya kelainan pada jantung akan sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Artinya apabila seseorang sudah mengalami keadaan ini maka secepatnya konsultasikan kepada para medis untuk diberikan pertolongan yang lebih intensif. Biasanya gejala yang dirasakan penderita sebelum pingsan yaitu pandangan kabur, mual- mual, kepala terasa pusing dan pandangan akan semakin gelap sebelum pingsan itu terjadi. Pertolongan yang dilakukan pada saat seseorang pingsan yaitu pertama baringkan penderita di tempat yang teduh, selanjutnya longgarkan pakaian yang dikenakan agar tidak menghambat peredaran darah. Hindari dari tempat yang kumuh dan dari keramaian guna agar sipenderita leluarsa dalam bernapas dimana akan menstabilkan denyut nadi si penderita. Jangan memberikan apapun ke mulut penderita pada saat masih pingsan. Setelah penderita sadarkan diri selanjutnya segera dibawa ke rumah sakit maupun pukesmas terdekat guna untuk perawatan lebih lanjut.
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari Aktivitas fisik yang berat sehingga menyebabkan deposit oksigen sementara, Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat dan Karena jatuh
Ø  Koma
Koma merupakan suatu kondisi hilang sadar dan ditandai dengan hilangnya kewaspadaan yang sangat dalam yang tidak dapat memberi respon normal terhadap rasa sakit, rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur bangun, tidak dapat melakukan tindakan suka rela. Belum diketahui apa penyebab koma tetapi biasanya koma terjadi akibat adanya benturan yang sangat keras disalah satu anggota tubuh terutama bagian kepala yang menyebabkan hilangnya kesadaran berkepanjangan. Kejadian ini bisa saja terjadi karena tabrakan, pukulan, terjatuh, keracunan, obat- obatan, penyakit yang berkepanjangan dan sebagainya. Koma merupakan suatu kondisi yang sangat serius karena dapat menyebabkan kematian dan kondisi ini harus sepenuhnya di tangani oleh dokter yang profesional di bidang kerjanya. Gejala yang dialami oleh penderita yaitu tidur yang berkepanjangan, mata tertutup, mata tidak merespons adanya cahaya, pola napas yang tidak teratur, tidak adanya rangsangan apapun yang di rasakan oleh penderita.

Add caption



Add caption



Ø  Mati suri
Mati suri merupakan keadaan dimana manusia kembali hidup setelah mengalami proses kematian yang sifatnya sementara baik secara jiwa dan raga seseorang tersebut. Mati suri sangat jarang terjadi dan biasanya ketika seseorang yang mengalami mati suri, ada perubahan yang signifikan pada kejiawaan orang tersebut baik dari segi emosi, hubungan sosial, maupun ke arah yang sifatnya spiritual. Belum ada kejelasan yang pasti kenapa manusia bisa mengalami pristiwa mati suri. Mati suri terjadi ketika seseorang tersebut telah mati dan setelah beberapa waktu, seseorang itu kembali hidup seperti orang lain dan dengan kebiasaan- kebiasaan sehari- harinya. Seseorang mati suri kemungkinan belum mati otak tapi hentinya detak jantung. Banyak pengalaman- pengalaman yang diceritakan oleh seseorang yang sudah mengalami mati suri dimana banyak pristiwa- pristiwa yang diceritakan namun bertolak belakang dengan akal sehat manusia. Karena hal ini melibatkan adanya suatu keganjilan- keganjilan yang rasakan dan dilihat oleh seseorang tersebut salah satunya yaitu adanya hal- hal gaib yang berhubungan dengan spiritual.
Sementara jika dilihat dari pandangan psikologi, psikol effine idrianie,Mpsi menuturkan mati suri itu berhubungan dengan otak dan biasanya identik dengan titik balik seseorang. Saat mati suri, memori psikologi seseorang diseret total menjadi nol lagi sehinggal mengalami rekonstruksi ulang dari kpribadian seseorang kearah jauh yang lebih baik.
Menurut kepala departemen bedah syaraf rumah sakit mayapada tangerang, Dr Roslan Yusni Hasan, SpBs menjelaskan mati suri dalam dunia kedokteran adalah untuk kondisi seperti mati yang belum benar- benar mati. Aktivitas sel- sel tubuh dan organ- organ lainnya masih ada tetapi sangat minimal. Jadi kondisi naik sedikit atau membaik lagi, maka seseorang itu akan hidup lagi. Itu sebenarnya seperti tidur yang sangat dalam sampai hampir detak jantungnyapun tidak terdeteksi.
Didalam Al- Qur’an menjelaskan bahwa pada saat mati suri, salah satu ujung tali roh terlepas tetapi dia masih hidup karena ujung lain masih terikat dan itu yang membuat seseorang bisa hidup kembali. Karena ikatan roh dan tubuh terlepas sebagian, maka orang yang amti suri bisa merasakan pengalaman seperti di dunia lain, terbang bebas, melihat terowongan yang tidak lain adalah mendekati pintu kematian.

Add caption




Ø  Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh yang disebabkan karena terlalu banyak pengeluaran air dari pada pemasukan kedalam tubuh  sehingga tidak kemungkinan bisa mengalami penurunan kesadaran, koma dan bahkan kematian. Biasanya dehidrasi disebabkan karena kehilangan cairan yang begitu banyak saat beraktivitas khususnya berolahraga berat namun tidak adanya pemasukan cairan lain setelah banyaknya mengeluarkan air keringat. Selain itu dehidrasi disebabkan oleh penderita yang kurang minum air putih, cuaca panas, muntah, diare, penyakit ginjal, obat- obatan, serta faktor dari tubuh itu sendiri karena penyakit. Jika seseorang yang mengalami dehidrasi ringan maka akan kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badannya dimana gejala yang timbul dan dirasakan oleh penderita yaitu mulut dan bibir kering serta lengket, denyut jantung sedikit meningkat, tenggorokan kering, dan mulai merasakan adanya sakit kepala. Selanjutnya jika dehidrasi sedang maka kehilangan cairan dari tubuh penderita lebih dari 5% dari berat badannya namun pada tahap ini gejala yang dialami penderita yaitu mulai mengantuk, pusing, otot lemah, mata kering, produksi urin sedikit dan kental serta berwarna kuning pekat, serta mengalami demam. Pada dehidrasi berat, penderita kehilangan cairan 8% dari berat badannya serta gejala yang timbul lebih parah lagi dimana urin berwarna kuning gelap sampai orange tua, mengalami hipotensi, fisik melemah, otot mengejang, elastisitas tubuh hilang, mata cekung, tubuh menggigil, penurunan fungsi ginjal, kulit kering, lidah bengkak, dan bisa menyebabkan pingsan yang akan dialami penderita.
Menurut Seri Ayu Ambawati (2003) menjelaskan bahwa dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk.
Pendapat ini dijelaskan lebih lanjut oleh Sylvia A. Price (1994) yang menjelaskan bakwa dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama.

Add caption




Ø  Hypotermia
Hypotermia adalah suatu gangguan yang terjadi pada tubuh dimana terjadi penurunan temperatur tubuh secara tidak wajar disebabkan mekanisme untuk mengatur suhu pada tubuh tidak mampu lagi memproduksi panas untuk mengimbangi dan menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat. Hipotermia bisa saja terjadi kepada siapa saja yang apabila suhu tubuhnya dibawah 35 derajat selsius. Hipoterma bisa saja disebabkan oleh Tekanan buruk dari luar tubuh seperti udara dingin disertai angin, cuaca, iklim maupun faktor- faktor lainnya. Gejala yang ringan biasanya ditandai dengan penderita berbicara melantur, kulit sedikit berwarna keabu- abuan, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadinya kontraksi otot sebagai usaha untuk menghasilkan panas. Pada hipotermia sedang gejala yang dialami penderita berupa pola pernapasan yang dilakukan 3-4 kali dalam 1 menit akibat detak jantung yang sangat lemah, dan apabila hipotermia yang dialami penderita sudah parah, gejala yang timbul biasanya penderita tidak sadarkan diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut dan pernapasan yang sangat lembut sampa kita tidak bisa merasakan pernapasan secara sadar pada penderita.
Menurut Sandra M.T (1997) yang menjelaskan bahwa hipotermia adalah kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35 derajat selsius.
Pendapat ini juga dipaparkan oleh Indarso, R (2001) yang menjelaskan disamping sebagai suiatu gejala hipotermia, merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Add caption






Daftar pustaka
Ø  Hardianto Wibowo, dr. 1995. Pencegahan dan petatalaksanana cedera olahraga. Cetakan 1. EGC.
Ø  Peterson, L, Penstrom, P. 1996. Sport injuries. CIBA
Ø   Santosa, Andi, A. 1994. Struktur dan fungsi tubuh manusia. Jakarta: Akper Sint Carolus
Ø  Sobbota. 2000. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC
Ø  Sutarmo, setiaji. V. D. 1990. Buku kuliah anatomi fisiologi. Jakarta: FKUI
Ø  Keperawatan medical bedah Brunnert dan Suddarth Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brenda. Edisi 8 volume 3. EGC. 2002. Jakarta.
Ø  Sudarti. 2010. Kelainan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Cetakan Pertama.Yogyakarta: Nuha Medika
Ø  Varney, Helen. 2009. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan, Jakarta: EGC
Ø  Carpenito. Lynda Juall. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Ø  Price, sylive A. 1994. Fatofisiologi. Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4: EGC