a. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat ini kerusakan jaringan didalam tubuh akan
lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Hal ini disebabkan karena
bagian dari otot- otot dan bagian lainnya mengalami permasalahan akibat aktivitas olahraga yang
berlebihan maupun terjadinya kontak tubuh dengan orang lain dalam berolahraga.
Biasanya Keluhan yang dialami berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi
(tanda-tanda inplamasi. Seperti contoh dibawah ini akan menjelaskan lebih rinci
mengenai cedera sedang yaitu:
Ø Strain
Strain merupakan cedera dimana
terjadinya penguluran ataupun regangan pada serat otot/ tendon bahkan akan
semakin parah akibat terjadinya kerobekan pada struktur muskulo- tendinous
(otot dan tendon). Pada cedera ini mempunyai tingkatan- tingkatan dimana
apabila strain yang dialami penderita masih berada pada tingkatan 1 artinya
tidak terjadi kerobekan pada otot namun mengalami peregangan pada otot hanya
membutuhkan istirahat secukupnya untuk pemulihan cedera yang dialami. Namun
apabila strain yang dialami penderita pada tingkatan 2 sampai 3 maka harus
perlu penanganan yang serius karena jika tidak akan berdampak buruk bagi otot
penderita dikemudian hari. Pada strain tingkat 2 robekan otot hanya sebagian
saja dimana penderita akan mengalami gejala seperti rasa nyeri, dan sakit dan
bengkak sehingga kekuatan otot saat melakukan aktivitas olahraga melemah. Pada
strain tingkatan 3 ini keadaan otot sudah mengalami kerobekan sehingga harus
ditindak lanjuti jika memang sudah terlalu parah, dilakukan pembedahan jika
diharuskan. Cedera ini terjadi karena otot- otot berkontraksi melawan/ menolak
daya resitensinya secara cepat, juga disebabkan karena ketidakseimbangan otot
yang merupakan hasil pembangunan sekelompok otot tertentu secara berlebihan
dibanding sekelompok otot yang lain. Faktor lain penyebab strain yaitu
kurangnya latihan pemanasan saat melakukan
aktivitas olahraga serta peningkatan latihan yang terlalu cepat. Untuk strain
tingkatan 2 sampai 3 cara perawatan yang dilakukan yaitu pertama aktivitas
olahraga yang dilakukan harus dihentikan agar strain yang dialami tidak menjadi
parah. Selanjutnya mengompres dengan es 2- 3 hari secara teratur, dan alevasi (
meninggikan bagian yang cedera) guna untuk menghentikan pendarahan pada
otot. Setelah selesai mengompres dengan
es selanjutnya diganti dengan mengompres dengan air hangat 20- 30 menit, 3 kali
sehari diiringi dengan latihan- latihan kecil guna untuk membuat otot tidak
kaku dan memungkinkan otot bisa bergerak semaksimal mungkin tanpa mengunakan
beban latihan. Biasanya apabila strain yang dialami sudah parah akibat otot
yang sudah putus maka dibutuhkan perawatan medis. Perawatan yang dilakukan
yaitu pembedahan untuk usaha pembenahan otot dan perlunya program rehabilitasi
dibawah pengarahan seorang ahli terapi.
Menurut Paul M. Taylor D.P.M (juni
1997) yang diterjemahkan ole jamal kabib di dalam bukunya yang berjudul
mencegah dan mengatasi cedera olahraga hal: 125 menjelaskan bahwa strain
terjadi karena tertariknya otot pada serat didalam otot karena diregangkan
secara berlebihan. Selanjutnya dijelaskan lagi Menurut Giam & Teh (1992:
93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena
penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.”
Add caption |
Ø Sprain
Sprain atau yang sering disebut
keseleo merupakan bentuk cedera pada ligamen yang disebabkan oleh adanya
tekanan pada tensil (ligamen adalah sekumpulan jaringan penghubung dimana
jaringan ini yang menghubungkan secara bersama- sama pada persendian). Ada
beberapa jenis sprain yaitu:
a. Keseleo ringan, pada tingkatan ini
cedera yang dialami penderita hanya mengalami kerusakan pada urat ligamennya.
Gejala yang dialami penderita yaitu rasa sakit, pembengkakan kecil pada cedera,
sedikit pendarahan tetapi tidak terjadi leksitas abnormal. Perawatan yang
dilakukan pada cedera ini yaitu cukup dengan mengompres cedera dengan es batu
yang rutin dan tidak melakukan aktivitas olahraga untuk sementara.
b. Keseleo sedang, dimana pada cedera
ini terjadi kerusakan ligamen yang leih besar tetapi tidak sampai putus total.
Gejala yang timbul pada penderita yaitu rasa sakit atau nyeri, bengkak, terjadi
pendarahan yang lebih banyak, dan yang lebih parah lagi hilangnya stabilitas
pada bagian yang terkena cedera terutama pada lutut. Pada cedera tingkat ini
penderita harus beristirahat 1- 2 bulan dan tidak melakukan aktivitas olahraga
serta perlu program rehabilitas untuk memperbaiki kondisi otot dan pemulihan
cedera.
c. Keseleo parah, dimana pada tingkatan
ini ligamen mengalami putus secara total dan bagian otot yang terkena cedera
ini tidak dapat digerakkan. Hal ini bisa saja karena telah terjadi robekan pada
bagian ligamen yang lain. Pada cedera tingkatan ini penderita harus
beristirahat total dan jika perlu bisa melakukan operasi agar cedera yang
dialami tidak menjadi lebih parah serta proses pemulihan cederapun dengan
segera sembuh.
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah
cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai
cabang olahraga”. Didukung oleh Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa
sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal
ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan
yang berulang-ulang dari sendi. Ditambah dengan Paul M. Taylor, D.P.M. didalam
buku yang diterjemahkan oleh jamal khabib yang berjudul mencegah dan mengatasi
cedera olahraga hal:115 yang menjelaskan keseleo terjadi akibat adanya tekanan
yang rendah secara berulang- ulang dalam jangka waktu yang lama baik secara
membelok, memutar, menyamping dan sebagainya.
Add caption |
b. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu
penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika
terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV
atau sprain fracture) atau fracture tulang. Seperti contoh dibawah ini akan
menjelaskan lebih rinci mengenai cedera berat yaitu:
Ø Dislokasi
Dislokasi merupakan suatu keadaan
dimana permukaan sendi tulang tidak lagi berada pada sendinya artinya ada
perubahan atau geseran yang terjadi pada tulang dan sendi tulang tersebut. Dislokasi
yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul
(paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan
juga terasa nyeri. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah seperti
olahraga sepak bola, dan hokiseta olahraga- olahraga yang beresiko lainnya
yaitu seperti bermain ski, senam, bola basket, bola voli dan sebagainya. Salah
satu contoh dislokasi pada jari yaitu ketika ada benturan yang berlawanan
dengan bola basket yang bisa mengakibatkan dislokasi.cara penanganan yang bisa
kita lakukan pada cedera ini dengan cara reduksi ringan seperti menarik- narik
persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Apabila tidak mempunya
respons maka langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan reposisi dengan
anasthsi local. Selain itu banyak cara- cara perawatan lain yang dilakukan pada
cedera ini seperti membalut bagian dislokasi untuk menjaga kesetabilitasan
sendi pada tempatnya, juga bisa dilakukan dengan terapi oleh ahli pijat.
Menurut brunner dan suddarth (2000)
dislokasi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk
sendi tidak lagi dalam hubungan anatomis. Hal ini sependapat dengan sjamsuhidajat
(2011) buku ajar ilmu bedah edisi 3, hal 1046 menjelaskan bahwa Dislokasi
adalah cedera yang terjadi karena tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. Hal ini juga didukung oleh Kartono Mohammad
(2001: 31) yang menjelaskan Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor Akibanya, sendi itu akan mudah
mengalami dislokasi kembali.
Add caption |
Ø Fraktur
Fraktual merupakan cedera yang
terjadi karena tulang mengalami tekanan secara terus- menerus maupun benturan
dengan benda tumpul yang menyebabkan pemutusan dan keretakan yang terjadi pada
struktur tulang sehingga perlu dilakukan
diagnosa. Diagnosa biasanya bisa diperoleh dari keluhan- keluhan, rasa sakit
pada bagian cedera, yang menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas
olahraga lagi untuk sementara waktu. Dengan diagnosa ini akan lebih lanjut di
tangani oleh ahli medis dengan menggunakan sinar-X. Disana akan dilakukan scan
tulang dimana proses ini dilakukan dengan menyuntikan bahan radioaktif dosis
rendah pada pasien melalui pembuluh darah. Fungsinya untuk menyembuhkan
jaringan yang meradang pada tulang yang retak dalam jangka pendek dan dapat
dicatat dengan alat penghitung geiger dan kamera. Tes ini biasanya tepat sekali
untuk mengetahui adanya microfrakture sebelum diketahui dengan pasti dengan
sinar-X. Perawat6an dapat dilakukan dengan melakukan istirahat secukupnya, tetapi
jangan menghentikan total aktivitas olahraga. Untuk kesembuhan cedera
tergantung individu seseorang maupun model dan aktivitas olahraga yang
dilakukan apakan berat, sedang ataupun ringan. Menurut Mirkin dan Hoffman
(1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Patah tulang komplek, dimana
tulang terputus sama sakali.
b. Patah tulang stress, dimana tulang
retak, tetapi tidak terpisah.
Didukung oleh back dan marassarin
berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang
terjadi karena tekanan yang berlebihan. Menurut lewis (2000) berpendapat bahwa
tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Juga jelaskan oleh Paul M. Taylor, D.P.M. didalam buku
yang diterjemahkan oleh jamal khabib yang berjudul mencegah dan mengatasi
cedera olahraga hal: 174 yang menjelaskan setiap tulang yang mendapatkan
tekanan terus- menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress
fracture).
Add caption |
c. Cedera lainnya
Pada cdra tingkat ini gabungan dari cedera
tingkat 1, 2, dan 3 yang mana cedera tingkatan ini bisa dikatakan tidak
berbahaya namun juga akan berdampak sangat serius dan perlu penanganan yang
lebih efesien dan berkelanjutan. Cedera tingkatan ini terkadang hanya membutuhkan
penanganan sementara saja namun jika penanganan yang dilakukan terlalu lama
dilakukan maka akan menyebabkan hal- hal yang patal. Seperti contoh dibawah ini
akan menjelaskan lebih rinci mengenai cedera lainya yaitu:
Ø Kejang
Kejang adalah suatu perubahan
aktivitas motorik atau gerak abnormal yang tanpa atau disertai dengan perubahan
prilaku yang sifatnya sementara yang disebabkan akibat perubahan aktivitas
elektrik di otak. Kejang yang terjadi apabila hanya berlangsung dakam beberapa
detik biasanya tidak membawa dampak yang berarti namun apabila kejang yang
terjadi sampai waktu yang begitu lama harus sesegera mungkin mendapatkan
pertolongan dan perawatan karena jika
tidak akan membahayakan seperti adanya kerusakan pada otak pada penderita. Pada
saat kejang jangan pernah memasukkan
apapun kedalam mulut penderita seperti air, obat- obatan, makanan dan
sebagainya karena akan menyulitkan
penderita untuk melakukan pernapasan dan bisa-bisa membuat penderita tersendak.
Tanda- tanda yang dialami penderita saat kejang yaitu tubuh seperti tersentak,
air liur keluar, muntah, kulit agak sedikit gelap, bahkan bukan tidak mungkin
beresiko hilangnya kesadaran.
Menurut consensus statement on
febrile seizures (1980) menjelaskan kejang adalah kejadian bayi ataupun anak
yang berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu. Hal ini juga di jelaskan oleh Dr. Rusepno
hasan yang mendefinisiskan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses eksta kranium..
Add caption |
Ø Syock
Syock adalah suatu keadaan yang
serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
tidak mampu mengalirkan darah keseluruh tubuh terutama ke organ vital dalam
jumlah yang memadai serta tekanan darah yang terlalu rendah. Gejala yang timbul
berupa hilangnya kesadaran diri, kondisi tubuh yang tidak stabil, kulit pucat,
nyeri dada, denyut nadi yang tidak teratur, pernapasan yang tersendak- sendak,
kepala pusing, kondisi badan melemah. Jenis- jenis syok yang terjadi disebabkan
karena berhubungan dengan kelainan jantung, akibat penurunan tekanan darah,
akibat adanya reaksi alergi dalam tubuh, berhubungan dengan adanya infeksi pada
bagian tubuh, dan akibat adanya kerusakan pada system syaraf. Penanganan yang
dilakukan yaitu dengan menghangatkan tubuh penderita, jika adanya luka maka
segera hentikan pendarahan, pernapasan penderita diperiksa, dan jika syock yang
terjadi semakin parah harus ditangani oleh para medis dan rumah sakit.
Menurut Toni Ashadi (2006)
menjelaskan bahwa syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi
sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi
jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostatis. Pedapat ini juga
dikemukakan oleh Brunner dan suddarth (2000) menjelaskan bahwa seorang dengan
cedera harus dikaji segera untuk
menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik,
kardiogenik, atau septik syok).
Add caption |
Ø Pingsan
Pingsan merupakan suatu keadaan
dimana penderita mengalami kesadaran yang sifatnya hanya sementara dan secara
mendadak dimana keadaan ini disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen
yang masuk ke otak karena detak jantung yang melemah untuk memompa darah ke
seluruh tubuh. Biasanya pingsan terjadi karena kurangnya istirahat akibat
aktivitas yang berat, juga melemahnya tubuh karena tidak adanya tenaga
disebabkan tidak ada asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Faktor lain
penyebab pingsan yaitu karena tubuh terlalu lelah diakibatkan tekanan dari berbagai
hal seperti pikiran, masalah, aktivitas berat dan sebagainya. Pingsan yang
disebabkan oleh adanya kelainan pada jantung akan sangat berbahaya karena bisa
menyebabkan kematian. Artinya apabila seseorang sudah mengalami keadaan ini
maka secepatnya konsultasikan kepada para medis untuk diberikan pertolongan
yang lebih intensif. Biasanya gejala yang dirasakan penderita sebelum pingsan
yaitu pandangan kabur, mual- mual, kepala terasa pusing dan pandangan akan
semakin gelap sebelum pingsan itu terjadi. Pertolongan yang dilakukan pada saat
seseorang pingsan yaitu pertama baringkan penderita di tempat yang teduh,
selanjutnya longgarkan pakaian yang dikenakan agar tidak menghambat peredaran
darah. Hindari dari tempat yang kumuh dan dari keramaian guna agar sipenderita
leluarsa dalam bernapas dimana akan menstabilkan denyut nadi si penderita.
Jangan memberikan apapun ke mulut penderita pada saat masih pingsan. Setelah
penderita sadarkan diri selanjutnya segera dibawa ke rumah sakit maupun
pukesmas terdekat guna untuk perawatan lebih lanjut.
Menurut Giam & Teh (1992: 242)
pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan
singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal
merupakan akibat dari Aktivitas fisik yang berat sehingga menyebabkan deposit
oksigen sementara, Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena
pendarahan hebat dan Karena jatuh
Ø Koma
Koma merupakan suatu kondisi hilang
sadar dan ditandai dengan hilangnya kewaspadaan yang sangat dalam yang tidak
dapat memberi respon normal terhadap rasa sakit, rangsangan cahaya, tidak
memiliki siklus tidur bangun, tidak dapat melakukan tindakan suka rela. Belum
diketahui apa penyebab koma tetapi biasanya koma terjadi akibat adanya benturan
yang sangat keras disalah satu anggota tubuh terutama bagian kepala yang
menyebabkan hilangnya kesadaran berkepanjangan. Kejadian ini bisa saja terjadi
karena tabrakan, pukulan, terjatuh, keracunan, obat- obatan, penyakit yang
berkepanjangan dan sebagainya. Koma merupakan suatu kondisi yang sangat serius
karena dapat menyebabkan kematian dan kondisi ini harus sepenuhnya di tangani
oleh dokter yang profesional di bidang kerjanya. Gejala yang dialami oleh
penderita yaitu tidur yang berkepanjangan, mata tertutup, mata tidak merespons
adanya cahaya, pola napas yang tidak teratur, tidak adanya rangsangan apapun
yang di rasakan oleh penderita.
Add caption |
Add caption |
Ø Mati suri
Mati suri merupakan keadaan dimana
manusia kembali hidup setelah mengalami proses kematian yang sifatnya sementara
baik secara jiwa dan raga seseorang tersebut. Mati suri sangat jarang terjadi
dan biasanya ketika seseorang yang mengalami mati suri, ada perubahan yang
signifikan pada kejiawaan orang tersebut baik dari segi emosi, hubungan sosial,
maupun ke arah yang sifatnya spiritual. Belum ada kejelasan yang pasti kenapa
manusia bisa mengalami pristiwa mati suri. Mati suri terjadi ketika seseorang
tersebut telah mati dan setelah beberapa waktu, seseorang itu kembali hidup
seperti orang lain dan dengan kebiasaan- kebiasaan sehari- harinya. Seseorang
mati suri kemungkinan belum mati otak tapi hentinya detak jantung. Banyak
pengalaman- pengalaman yang diceritakan oleh seseorang yang sudah mengalami
mati suri dimana banyak pristiwa- pristiwa yang diceritakan namun bertolak
belakang dengan akal sehat manusia. Karena hal ini melibatkan adanya suatu
keganjilan- keganjilan yang rasakan dan dilihat oleh seseorang tersebut salah
satunya yaitu adanya hal- hal gaib yang berhubungan dengan spiritual.
Sementara jika dilihat dari pandangan
psikologi, psikol effine idrianie,Mpsi menuturkan mati suri itu berhubungan
dengan otak dan biasanya identik dengan titik balik seseorang. Saat mati suri,
memori psikologi seseorang diseret total menjadi nol lagi sehinggal mengalami
rekonstruksi ulang dari kpribadian seseorang kearah jauh yang lebih baik.
Menurut kepala departemen bedah
syaraf rumah sakit mayapada tangerang, Dr Roslan Yusni Hasan, SpBs menjelaskan
mati suri dalam dunia kedokteran adalah untuk kondisi seperti mati yang belum
benar- benar mati. Aktivitas sel- sel tubuh dan organ- organ lainnya masih ada
tetapi sangat minimal. Jadi kondisi naik sedikit atau membaik lagi, maka
seseorang itu akan hidup lagi. Itu sebenarnya seperti tidur yang sangat dalam
sampai hampir detak jantungnyapun tidak terdeteksi.
Didalam Al- Qur’an menjelaskan bahwa
pada saat mati suri, salah satu ujung tali roh terlepas tetapi dia masih hidup
karena ujung lain masih terikat dan itu yang membuat seseorang bisa hidup
kembali. Karena ikatan roh dan tubuh terlepas sebagian, maka orang yang amti
suri bisa merasakan pengalaman seperti di dunia lain, terbang bebas, melihat
terowongan yang tidak lain adalah mendekati pintu kematian.
Add caption |
Ø Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam
keseimbangan cairan atau air pada tubuh yang disebabkan karena terlalu banyak
pengeluaran air dari pada pemasukan kedalam tubuh sehingga tidak kemungkinan bisa mengalami
penurunan kesadaran, koma dan bahkan kematian. Biasanya dehidrasi disebabkan
karena kehilangan cairan yang begitu banyak saat beraktivitas khususnya
berolahraga berat namun tidak adanya pemasukan cairan lain setelah banyaknya
mengeluarkan air keringat. Selain itu dehidrasi disebabkan oleh penderita yang
kurang minum air putih, cuaca panas, muntah, diare, penyakit ginjal, obat-
obatan, serta faktor dari tubuh itu sendiri karena penyakit. Jika seseorang
yang mengalami dehidrasi ringan maka akan kehilangan cairan sekitar 5% dari
berat badannya dimana gejala yang timbul dan dirasakan oleh penderita yaitu
mulut dan bibir kering serta lengket, denyut jantung sedikit meningkat,
tenggorokan kering, dan mulai merasakan adanya sakit kepala. Selanjutnya jika
dehidrasi sedang maka kehilangan cairan dari tubuh penderita lebih dari 5% dari
berat badannya namun pada tahap ini gejala yang dialami penderita yaitu mulai
mengantuk, pusing, otot lemah, mata kering, produksi urin sedikit dan kental
serta berwarna kuning pekat, serta mengalami demam. Pada dehidrasi berat,
penderita kehilangan cairan 8% dari berat badannya serta gejala yang timbul
lebih parah lagi dimana urin berwarna kuning gelap sampai orange tua, mengalami
hipotensi, fisik melemah, otot mengejang, elastisitas tubuh hilang, mata
cekung, tubuh menggigil, penurunan fungsi ginjal, kulit kering, lidah bengkak,
dan bisa menyebabkan pingsan yang akan dialami penderita.
Menurut Seri Ayu Ambawati (2003)
menjelaskan bahwa dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan
yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk.
Pendapat ini dijelaskan lebih lanjut
oleh Sylvia A. Price (1994) yang menjelaskan bakwa dehidrasi adalah kehilangan
cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang
relatif sama.
Add caption |
Ø Hypotermia
Hypotermia adalah suatu gangguan yang
terjadi pada tubuh dimana terjadi penurunan temperatur tubuh secara tidak wajar
disebabkan mekanisme untuk mengatur suhu pada tubuh tidak mampu lagi
memproduksi panas untuk mengimbangi dan menggantikan panas tubuh yang hilang
dengan cepat. Hipotermia bisa saja terjadi kepada siapa saja yang apabila suhu
tubuhnya dibawah 35 derajat selsius. Hipoterma bisa saja disebabkan oleh Tekanan
buruk dari luar tubuh seperti udara dingin disertai angin, cuaca, iklim maupun
faktor- faktor lainnya. Gejala yang ringan biasanya ditandai dengan penderita
berbicara melantur, kulit sedikit berwarna keabu- abuan, detak jantung melemah,
tekanan darah menurun, dan terjadinya kontraksi otot sebagai usaha untuk
menghasilkan panas. Pada hipotermia sedang gejala yang dialami penderita berupa
pola pernapasan yang dilakukan 3-4 kali dalam 1 menit akibat detak jantung yang
sangat lemah, dan apabila hipotermia yang dialami penderita sudah parah, gejala
yang timbul biasanya penderita tidak sadarkan diri, badan menjadi sangat kaku,
pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut dan pernapasan yang sangat lembut
sampa kita tidak bisa merasakan pernapasan secara sadar pada penderita.
Menurut Sandra M.T (1997) yang
menjelaskan bahwa hipotermia adalah kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai
dibawah 35 derajat selsius.
Pendapat
ini juga dipaparkan oleh Indarso, R (2001) yang menjelaskan disamping sebagai
suiatu gejala hipotermia, merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.
Add caption |
Daftar pustaka
Ø Hardianto Wibowo, dr. 1995.
Pencegahan dan petatalaksanana cedera olahraga. Cetakan 1. EGC.
Ø Peterson, L, Penstrom, P. 1996. Sport
injuries. CIBA
Ø Santosa, Andi, A. 1994. Struktur dan fungsi
tubuh manusia. Jakarta: Akper Sint Carolus
Ø Sobbota. 2000. Atlas Anatomi Manusia.
Jakarta: EGC
Ø Sutarmo, setiaji. V. D. 1990. Buku
kuliah anatomi fisiologi. Jakarta: FKUI
Ø Keperawatan medical bedah Brunnert
dan Suddarth Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brenda. Edisi 8 volume 3. EGC. 2002.
Jakarta.
Ø Sudarti. 2010. Kelainan Penyakit Pada
Bayi dan Anak. Cetakan Pertama.Yogyakarta: Nuha Medika
Ø Varney, Helen. 2009. Buku Ajaran
Asuhan Kebidanan, Jakarta: EGC
Ø Carpenito. Lynda Juall. 1997.
Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Ø Price, sylive A. 1994. Fatofisiologi.
Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4: EGC