A. Faktor Fasilitas
Fasilitas
adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu
usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian
fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan
melancarkan usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini
fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah. Fasilitas bila
kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah
terjadinya cedera.
Sarana
olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan jenis
peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olah raga. Prasarana
olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari tempat olahraga dalam
bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya jelas dan memenuhi
persyaratanyang ditetapkan untuk pelaksanaan program kegiatan olah raga. Dari
beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa sarana prasarana oloahraga
adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis
bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan olah raga. Sarana
prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan masyarakat yang baik.
a. Jenis-Jenis Fasilitas dan Usaha
Pencegahan Cedera Karena Fasilitas
Usahakan
suatu keadaan sekitar fasilitas olahraga yang aman :
Ø Singkirkanlah batu, pecahan kaca,
debu di lintasan atau tempat yang akan dipergunakan. Hal ini akan mengurangi
terjadinya luka lecet atau iris.
Ø Ratakan permukaan dan tutuplah
lubang-lubang yang ada, untuk mencegah kecelakaan, jatuh dan “sprain” dari
pergelangan kaki.
Ø Menyediakan ruang lebih yang cukup
setelah garis finis atau sekitar lapangan pertandingan, misalnya dengan
menyingkirkan penghalang-penghalang, penonton dan kursi-kursi.
Fasilitas olahraga yang tidak memadai
akan lebih mudah mengakibatkan cedera, maka fasilitas olahraga harus
diperhatikan pada saat ingin melakukan aktifitas olahraga. Seperti :
a. Lapangan
b. Stadion
c. Hall
d. GOR
e. Gelenggang
f. Treack And Field
g. Udara
h. Sungai
i. Danau
j. Laut
k. Pantai
l. lapangan hijau
B. Penggunaan Sarana Pelindung
Sarana
pelindung adalah alat-alat yang digunakan saat berolahraga seperti proteksi
badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang
khusus lainnya.
Sarana
pelindung yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan
alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu.
Sepatu adalah salah satu bagian peralatan/pelindung kaki dalam berolahraga yang
mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya
mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan
adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga
lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain.
a. Jenis-Jenis Sarana Pelindung
Sarana pelindung adalah peralatan
yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, yang akan menghindari
terjadinya cedera, sarana pelindung yang harus diperhatikan untuk melindungi
bagian tubuh adalah sebagai berikut :
Ø Pelindung kepala : Helm, helmet, haed
guard
Ø Pelindung muka : Masker
Ø Pelindung mata : Gogleus
Ø Pelindung hidung : Nose Clip
Ø Pelindung gigi : Gum shield
Ø Pelindung leher : Neck guard
Ø Pelindung tangan : Glop
Ø Pelindung badan : Body profector
Ø Pelindung paha / tungkai : Leg guard
Ø Pelindung lutut : Knee Pads
Ø Pelindung alat kelamin : Genital
profector
Ø Pelindung tulang kering : Skin decker
Ø Pelindung kaki : Sepatu
C. Faktor Kebugaran Jasmani
Kebugaran
jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi)
terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan
sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Tidak menimbulkan
kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan suatu
kegiatan/aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan energi untuk menikmati
waktu senggangnya dan untuk kebutuhan-keperluan lainnya yang tajam.
Di
bawah ini akan ada beberapa ahli yang menjelaskan tentang apa sebenarnya
kebugaran jasmani itu.
Menurut
Judith Rink dalam Mochamad Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan
kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami
kelelahan berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi
kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan
darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. Djoko Pekik (2004: 2), bahwa kebugaran
jasmani merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara
efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih menikmati waktu
luangnya.
a. Komponen-Komponen Kebugaran Jasmani
Komponen-komponen kebugaran jasmani
merupakan satu kesatuan dan memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu
dengan yang lain, dan masing-masing komponen memiliki ciri-ciri tersendiri
serta memiliki fungsi pokok atau berpengaruh pada kebugaran jasmani seseorang.
Agar seseorang dapat dikatakan
tingkat kondisi fisiknya baik atau tingkat kebugaran jasmaninya baik, maka
status setiap komponen kebugaran jasmani harus dalam katagori yang baik.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebugaran Jasmani
Kondisi fisik adalah merupakan
prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada olahraga. Kondisi fisik yang baik
akan mencegah terjadinya cidera pada waktu melakukan aktifitas olahraga. Juga akan
mengurangi keparahan apabila mendapatkan cidera. Kemampuan maksimal dari
penampilan seorang olahragawan akan diperoleh dengan kecukupan dalam kekuatan
otot dan keseimbangan, power, daya tahan, kordinasi neuromuskuler,
fleksibilitas sendi, daya tahan kardiovaskuler, dan komposisi tubuh yang sesuai
untuk olahraga.
Menurut Perry Howard (1997: 37-38)
faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani adalah: umur, jenis kelamin,
somatotipe, atau bentuk badan, keadaan kesehatan, gizi, berat badan, tidur atau
istirahat, dan kegiatan jasmaniah. Penjelasan secara singkat sebagai berikut:
Ø Umur
Setiap tingkatan umur mempunyai keuntungan yang sendiri. Kebugaran
jasmani dapat ditingkatkan pada hampir semua usia.
Ø Jenis kelamin
Masing-masing jenis kelamin memiliki keuntungan yang berbeda. Secara
hukum dasar wanita memiliki potensi tingkat kebugaran jasmani yang lebih tinggi
dari pria..
Ø Somatotipe atau bentuk tubuh
Kebugaran jasmani yang baik dapat dicapai dengan bentuk badan apapun
sesuai dengan potensinya.
Ø Keadaan kesehatan
Kebugaran jasmani tidak dapat dipertahankan jika kesehatan badan tidak
baik atau sakit.
Ø Gizi
Makanan sangat perlu, jika hendak mencapai dan mempertahankan kebugaran
jasmani dan kesehatan badan. Makanan yang seimbang (12% protein, 50%
karbohidrat, 38 % lemak) akan mengisi kebutuhan gizi tubuh.
Ø Berat badan
Berat badan ideal dan berlebihan atau kurang akan dapat melakukan
perkerjaan dengan mudah dan efesien.
Ø Tidur dan istirahat
Tubuh membutuhkan istirahat untuk membangun kembali otot-otot setelah
latihan sebanyak kebutuhan latihan di dalam merangsang pertumbuhan otot.
Istirahat yang cukup perlu bagi badan dan pikiran dengan makanan dan udara.
Ø Kegiatan jasmaniah atau fisik.
Ø Kegiatan jasmaniah atau fisik yang
dilakukan sesuai dengan prinsip latihan, takaran latihan, dan metode latihan
yang benar akan membuat hasil yang baik. Kegiatan jasmani mencegah timbulnya
gejala atrofi karena badan yang tidak diberi kegiatan. Atrofi didefinisikan
sebagai hilang atau mengecilnya bentuk otot karena musnahnya serabut otot. Pada
dasarnya dapat terjadi baik secara fisiologi maupun patologi. Secara fisiologi,
atrofi otot terjadi pada otot-otot yang terdapat pada anggota gerak yang lama
tidak digunakan seperti pada keadaan anggota gerak yang dibungkus dengan gips.
Atrofi ini sering disebut disuse atrofi. Sebaliknya, secara patologi atrofi
otot dibagi menjadi 3, yaitu: atrofi neurogenik, atrofi miogenik, dan atrofi
artogenik. Atrofi neurogenik timbul akibat adanya lesi pada komponen
motorneuron atau akson (Sidharta, 2008).
D. Faktor Psikologi
Seorang
atlet maupun penghobi olahraga harus memiliki mental bertanding yang baik.
Mental bertanding yang baik menyangkut kepercayaan diri yang tinggi tetapi
tidak sombong, tidak mudah cemas/grogi, tidak mudah marah/emosi tinggi dan
sebagainya. Oleh karena itu pemantapan mental bertanding seorang atlet
sangatlah penting untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara diantaranya sebagai
berikut :
Melakukan
pendekatan-pendekatan psikologis. Dimana lebih baik hal ini dapat kita lakukan
pada seorang atlet sejak masa usia dini sehingga atlet memiliki bekal mental
yang tangguh.
Dalam
pelatihan olahraga, cara pelatih merancang situasi latihan, cara pelatih
menetapkan sasaran, serta sikap dan perilaku pelatih dalam kepelatihannya dapat
mempengaruhi partisipasi atlet ke dalam olahraga. Pelatih tidak hanya berperan
dalam situasi olahraga, namun seringkali juga pelatih memiliki pengaruh
terhadap aspek lain dalam kehidupan si atlet. Demikian pentingnya peran pelatih
dalam olahraga , karena itu pelatih sangat
berperan sebagai pembina mental atlet
a. Psikologi Olahraga
Psikologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa dan semua aspek tingkah laku manusia
baik aspek kognitif, afektid, ataupun psikomotor. Psikologi juga mempersoalkan
inti dari jiwa manusia dan nilainya bagi manusi itu sendiri serta disekitarnya.
Olahraga adalah Perilaku gerak
manusia yang bersifat universal yang tidak hanya berorientasi pada fisik
semata, namun juga aspek psikisnya.
Psikologi Olahraga menurut para ahli
sebagai berikut :
Ø Psikologi olahraga adalah ilmu yang
mempelajari tentang faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi partisipasi
dalam olahraga dan latihan serta pengaruh-pengaruh psikologis yang diperoleh
dari partisipasi olahraga tersebut. (Williams dan Straub, 1993).
Ø Psikologi olahraga adalah studi
ilmiah tentang individu dan perilakunya dalam olahraga dan latihan. (Gould dan
Weinberg, 1995).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Psikologi
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi psikologi dalam proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
Ø Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
Ø Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau
faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses
belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
E. Pengertian Latihan-Latihan Progresif
Latihan
progresip adalah latihan-latihan yang menguntungkan pada saat dadakan. Perlu
ditekankan prinsip-prinsip pemberian beban lebih yang bertahap dan prinsip
spesifisitas dari latihan.
Pemilihan
metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efketifitas
program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang
adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.
Ø Latihan progresif untuk lari lintas
alam, perlombaan atletik tes Pola NAPFA (lihat Bab 6) memerlukan waktu minimal
4 sampai 6 minggu (sebaiknya paling tidak 8 sampai 12 minggu).
Ø Petunjuk resep ‘FITT’ dapat
diterapkan untuk latihan – latihan progresif ini :
ü F = Frekuensi : 3 sampai 5 hari
setiap minggu
ü I = Intensitas : Mulailah dengan 60 %
sampai 75 % dari denyut jantung maksimal yang sebenarnya atau yang diperkirakan
menurut umur. Tingkatkan sampai 70 % - 85 %.
ü T = Tipe aktivitas : Aerobik
(misalnya jogging), kalistenik (misalnya pere-gangan, menyentuh jari kaki) dan
latihan yang spesifik terhadap perlombaan (misalnya nomor – nomor tes NAPFA).
ü T = Time (Waktu) : Setiap kali
mulailah dengan berlatih 5 sampai 15 menit; tingkatkan sampai 30 – 60 menit.
F. Faktor Prilaku Olahraga
“Aksi sama dengan reaksi”, oleh karena itu :
Ø Perilaku yang tidak sportif
menimbulkan respon yang sama atau lebih jelek lagi.
Ø Kekuatan (dan oleh karena itu juga
cedera yang sama seringkali diderita baik oleh pelaku maupun oleh calon
korbannya. Sebagai contoh niat untuk menendang garas lawan dengan kaki sering
menyebabkan cedera pada garas sendiri.
G. Warming Up/Pemanasan
Pemanasan
sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera.
Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih
lentur dan tahan terhadap cedera. Metode pemanasan yang aktif lebih efektif
daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau
lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah
secara berarti.
Latihan
peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot
sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk
menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan
setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan
ditahan selama 10 hitungan.
H. Cooling Down/Pendinginan
Pendinginan
adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika
latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam
vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam
laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada
hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Hadianto Wibowo. 1995. Pencegahan dan
Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Ø Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga
Terkini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ø Len Kravitz. 1997. Panduan Lengkap:
Bugar Total. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ø Michael J.Alter. 2003. 300 Teknik
Peregangan Olahraga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ø Adi, Purnomo. 2003. Lokakarya
Fasilitas Olahraga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar