Minggu, 12 Juli 2015

PENDIDIKAN JASMANI DAN EVALUASI BELAJAR

A.    Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian- bagian pokok yang berada didalam program pendidikan dimana didalamnya berhubungan dengan kegiatan fisik, psikologis, kesehatan, permainan dan olahraga melalui pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini juga dijelaskan dari pendapat beberapa para ahli yang menjelaskan sebagai berikut:
1.      Nixon and Cozens (1963) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.
2.      Dauer dan Pangrazi (1989) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
3.      Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.
4.      Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.
secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah (domain) sebagai satu kesatuan, Tujuan tersebut merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain psikomotor. Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut , guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah “hasil”dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran.
Adapun beberapa perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga antara lain yaitu:
Ø  Pendidikan Jasmani
*      Sosialisasi atau mendidik via olahraga
*      Menekankan perkembangan kepribadian menyeluruh
*      Menekankan penguasaan keterampilan dasar.
Ø  Pendidikan Olahraga
*      Sosialisasi atau mendidik ke dalam olahraga
*      Mengutamakan penguasaan keterampilan berolahraga
*      Menekankan penguasaan teknik dasar

a.      Landasan Biologis Penjas
Penjas adalah disiplin yang berorientasi pada tubuh, di samping berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru Penjas karenanya harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik pemanfaatannya dalam kegiatan pendidikan jasmani.
Potensi Manusia dan Prestasi menurut Joseph W. Still telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti prilaku fisikal dan intelektual manusia. Dalam penelitiannya, Still mengemukakan bahwa keberhasilan manusia dalam pencapaian prestasi, baik dalam hal prestasi fisikal maupun dalam prestasi intelektual, berhubungan dengan usia serta dapat digambarkan dalam bentuk sebuah kurva, dimana kurva itu bisa menaik dan biisa menurun, sesuai dengan perjalanan usia manusia. Demikian juga dalam hal pertumbuhan dan perkembangan psikologis, yang menunjukkan kurva kegagalan dalam hal prestasinya.
Ciri-ciri perkembangan mental menunjukkan puncak prestasi pada tahap perkembangan yang berbeda kemampuan mengingat dicapai pada usia muda, imajinasi kreatif mencapai puncaknya pada usia dua puluhan hingga tiga puluhan, keterampilan menganalisis dan sintesis suatu persoalan berakhir di usia pertengahan, sedangkan pada usia-usia berikutnya berkembang kemampuan berfilsafat. Dalam hal itulah penjas yang baik di sekolah dan di masa-masa berikut dalam hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan biologis manusia. Dipandang dari sudut ini, penjas terikat dekat pada kekuatan mental, emosional, sosial dan spiritual manusia.

b.      Landasan Psikologi Penjas
Penjas melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak dengan anak. Didalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut, terletak suatu keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-masing termasuk kelebihan dan kelemahannya. Program penjas yang baik tentu harus dilandasi oleh pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak dan yang paling penting dalam hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh program penjas terhadap perkembangan mental dan psikologis anak.
Kata psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti berjiwa atau roh, dan logos yang berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu pikiran. Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan untuk memahami alam pikiran manusia, termasuk anak, termasuk cirri-ciri manusia ketika belajar. Penjas lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecendurangan dan hakikat gerak. Jika dahulu para guru Penjas lebih bersandar pada teori belajar behaviorisme, yang lebih melihat proses pembelajaran dari perubahan prilaku anak, maka dewasa ini sudah diakui adanya keharusan untuk memahami tentang apa yang terjadi di dalam diri anak keterampilan gerak yang ditunjang oleh berkembangnya teori belajar kognitivisme.

c.       Dasar Falsafah Penjas
Penjas merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas proses pendidikan di sekolah akan pincang. Sumbangan nyata penjas adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi penjas menjadi unik sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan.
Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan penjas, yaitu:
Ø  Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan.
Ø  Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya.
Ø  Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktik.  
Untuk meneliti aspek penting dari Penjas, dasar-dasar pemikiran seperti berikut perlu dipertimbangkan:
1.      Kebugaran dan Kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program penjas yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup serta teratur. Penjas juga dapat membentuk gaya hidup yang sehat. Dengan kesadarannya anak akan mampu menentukan sikap baha kegiatan fisik merupakan kebutuhan pokok dalam hidupnya, dan akan tetap dilakukan di sepanjang hayat.

2.      Keterampilan Fisik
Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan lain-lain merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk menguasai berbagai keterampilan. Pada akhirnya keterampilan ini bisa mengarah kepada keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Terkuasainya Prinsip-Prinsip Gerak
Penjas yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna. Penjas pun bukan hanya bersifat fisik semata, melainkan merambah pada peningkatan kemampuan olah pikir, seperti kemampuan membuat keputusan dan olah rasa seperti kemampuan memahami perasaan orang lain (empati).

4.      Kemampuan Berfikir
Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam Penjas dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak. Namun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa Penjas yang efektif mampu merangsang kemampuan berfikir dan daya analisis anak ketika terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Dalam kegiatan Penjas banyak sekali adegan pembelajaran yang memerlukan diskusi terbuka yang menantang penalaran anak. Teknik gerakan dan prinsip-prinsip yang mendasarinya merupakan topik-topik yang mearik untuk didiskusikan. Peraturan permainan dan variasi-variasi gerak juga bisa dijadkan rangsangan bagi anak untuk memikirkan pemecahannya.

5.      Kepekaan Rasa
Dalam hal olahraga, Penjas menempati posisi yang sungguh unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak-anak dalam kelompok kecil maupun besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial. Melalui Penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan diamalkan. Sesungguhnya, bahwa kegiatan Penjas disebut sebagai ajang nyata untuk melatih keterampilan-keterampilan hidup (life skill), agar seseorang dapat hidup berguna dan tidak hanya menyusahkan masyarakat. Keterampilan yang dipelajari bukan hanya keterampilan-keterampilan gerak dan fisik semata, melainkan terkait pula dengan keterampilan sosial, seperti berempati pada orang lain, menahan sabar, memberikan respek dan penghargaan pada orang lain, mempunyai motivasi yang tinggi, serta banyak lagi.

6.      Keterampilan Sosial
Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin. Penjas menyediakan pengalaman nyata untuk melatih keterampilan mengendalikan diri, membina ketekunan dan motivasi diri. Hal ini diperkuat lagi jika proses pembelajaran direncanakan sebaik-baiknya.

7.      Kepercayaan Diri dan Citra Diri (Self Esteem)
Melalui penjas kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Cara membina citra diri ini tidak cukup hanya dengan selalu berucap “saya pasti bisa” atau “saya paling bagus”, tetapi perlu dinyatakan dalam usaha dan pembiasaan prilaku. Disitulah penjas menyediakan pada anak untuk membuktikannya. Ketika anak-anak berhasil mempelajari berbagai keterampilan gerak dan kemampuan tubuhnya, perasaan positif akan berkembang dan ia merasa optimis atau mampu untuk berbuat sesuatu. Kejadian demikian yang beulang-ulang akan memperkuat kepercayaan bahwa dirinya memang memiliki kemampuan, sehingga terhentak menjadi kepercayaan diri yang kuat.

B.    Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses manajemen, yang dimulai dengan perencanaan/persiapan dan berakhir dengan pengendalian dimana untuk memperoleh hasil yang baik keputusan itu harus mengikuti tahapan tersistem dan terkendali.
Definisi lain dari pembuatan keputusan adalah memiliki arah tindakan tertentu diantara berbagai alternative. Pembuatan keputusan penting sekali dalam manajemen. Manajer yang efektif membuat ratusan keputusan setiap hari. Banyak manajer bahkan membuat keputusan tanpa benar-benar memikirkannya.

a.      Model Pembuatan Keputusan Rasional
Adapun model pembuatan keputusan rasional menunjukan bahwa proses tersebut terdiri dari langkah-langkah spesifik. Meskipun sekilas model ini tampak sangat teratur, implemetasi sesungguhnya dari proses pembuatan keputusan tersebut sama sekali tidak teratur. Proses pembuatan keputusan rasional tidak harus linear. Pada halnya ini, adapun Langkah-langkah dalam pembuatan keputusan rasional adalah sebagai berikut:
Ø  Pengidentifikasian masalah
Agar lebih efektif dalam pengidentifikasian masalah, anda hendaknya mengetahui kondisi yang meningkatkan kemungkinan tidak teridentifikasinya masalah dan peluang dengan benar. Sebagian kondisi itu adalah :
*      Ketika anda “diberi” masalah yang sudah diidentifikasi, anda cenderung menerima masalah tersebut sebagai masalah yang sudah teridentifikasi dan dirumuskan bukannya melaksanakan identifikasi anda sendiri.
*      Ketika solusi yang cepat diperlukan, anda cenderung menghabiskan sedikit waktu yang anda miliki untuk pembuatan keputusan (bukan pada pengidentifikasian masalah atau peluang).
*      Ketika masalahnya bersifat emosional, anda dengan cepat menuju solusi tanpa meluangkan cukup waktu untuk mengidentifikasi masalah.
*      Apabila anda tidak mempunyai pengalaman mengidetifikasi masalah, anda cenderung untuk tidak efektif.
*      Apabila terdapat masalah yang kompleks, maka lebih sulit untuk menetukan apa masalahnya karena banyaknya variable masalah tersebut.

Ø  Pengembangan alternative
Untuk membuat keputusan yang baik, adalah penting untuk menghasilkan arah tindakan alternative yang baik yang dipergunakan untuk membuat pilihan yang baik. Sayang sekali, kita cenderung untuk memulai pencarian dengan apa yang sudah diketahui dan bahkan kadang-kadang dengan apa yang sudah dicoba. Maka pilihan yang mudah adalah meniru yang telah dilakukan pesaingnya.
Anda perlu menghasilkan gagasan sebanyak mungkin. Dengan demikian anda akan memiliki daftar alternative bagus yang dapat dipilih. Ini tidak berarti anda harus membiarkan mereka membuat keputusan, mereka hanya memberi masukan kepada anda. Dan anda hendaknya terbuka pada masalah ini untuk menghindari kesalahpahaman.

Ø  Evaluasi alternative
Pengevaluasian alternatif meliputi pengukuran nilai-nilai masing-masing alternatif. Penilaian alternative meliputi pengujian konsekuensi (baik positif dan negatif). Pembuatan peringkat alternatif yang telah dianggap dapat diterima. Pembuatan peringkat alternatif-alternatif dimungkinkan dengan menggunakan keuntungan dan kerugian.
Anda harus mempertimbangkan apakah mereka yang  bertanggungjawab menerapkanya atau mereka yang akan dipengaruhinya akan menerima alternative tersebut atau tidak. Evaluasi hendaknya ini meliputi penilaian resiko dan kerugian dari setiap arah tindakan alternatif.
Kepastian adalah lingkungan pembuatan keputusan dimana anda mengetahui segala sesuatu yang perlu anda ketahui. Pada dasarnya anda mempunyai informasi yang sempurna. Anda juga mengetahui hasil yang mungkin.

Ø  Seleksi alternative
Pemilihan solusi jarang sekali merupakan proses yang langsung. Tahap yang sebenarnya adalah membuat pilihan inilah yang secara tradisional dianggap sebagai pembuatan keputusan.
Ada sejumlah masalah ketika dijumpai memilih alternatif. Dua diantara banyak masalah yang ada adalah:
*      Masalah muncul ketika tidak ada satupun alternatif yang memenuhi semua kriteria. Oleh karena itu keputusan berikutnya adalah memulai lagi atau puas dengan alternatif yang tidak memenuhi kriteria.
*      Dilemma terjadi ketika memilih antara banyak alternatif yang dianggap diterima. Hal ini bisa jadi manandai perlunya penyesuaian kriteria untuk mendapatkan gagasan yang lebih jelas mengenai alternative yang baik.

Ø  Implemetasi alternative
Setelah keputusan selesai dibuat, maka keputusan tersebut harus dilaksanakan. Tapi itu tidaklah mudah, sering kali terjadi resistansi dalam tahap ini. Demi implementasi yang efektif, anda harus peka terhadap karyawan yang terkena dampak keputusan dan merencanakan strategi implementasinya.
Kita harus memastikan bahwa semua orang tahu bagaimana dan mengapa keputusan itu dibuat. Penting sekali untuk melibatkan merekayang terkena dampak keputusan itu karena kurangnya komitmen akan mengakibatkan implementasikan yang buruk.

Ø  Evaluasi pilihan
Evaluasi adalah penilaian dari konsekuensi dari keputusan. Hasil-hasil implementasi diobservasi. Semua konsekuensi positif dan negatif perlu diketahui. Apabila tidak dilakukan evaluasi, maka tidak ada indikasi yang jelas apakah sasaran sudah benar-benar dicapai. Apabila criteria tidak terpenuhi, tindakan koreksi harus diambil.

b.      Klasifikasi Jenis Keputusan
Herbert A. Simon (1980: 5-6) telah mengembangkan klasifikasi jenis keputusan yang berbeda yaitu keputusan yang diprogram (programmed decisions) dan keputusan yang tidak diprogram (nonprogrammed decisions).

Ø  Keputusan yang diprogram (Programmed decisions)
Keputusan dapat diprogramkan sejauh keputusan tersebut  berulang dan rutin serta telah dikembangkan prosedur tertentu untuk menanganinya. Secara traisional keputusan yang di program telah ditandatangani dengan norma, prosedur kerja yang baku, dan struktur organisasi yang mengembangkan prosedur spesifik untu menanganinya.

Ø  Keputusan yang tidak diprogram (nonprogrammed decisions)
Suatu keputusan tidak diprogram manakala keputusan tersebut baru dan tidak tersusun. Oleh karena keputusan tersebut memiliki karakteristik demikian maka tidak ada prosedur yang pasti untuk menangani permasalahan. Keputusan yang tidak diprogram harus diindentifikasi dengan tepat karena jenis pengambilan keputusan seringkali memerlukan alokasi dana yang besar. Keputusan yang tidak diprogram secara tradisional telah ditandatangani dengan proses pemecahan umum, pertimbangan, intuisi, dan kreativitas. Namun, manajemen moderen belum banyak kemajuan dalam meningkatkan pengambilan keputusan yang tidak di program dibandingkan dengan kemajuan dalam pengambilan keputusan yang diprogram. Perhatian utama manajemen puncak (top management) hendaknya dipusatkan pada keputusan yang tidak di program. Manajemen hierark tengah (middle management) memusatkan perhatian mereka sebagian besar pada keputusan yang diprogram, meskipun dalam beberapa hal manajemen hierarki pertama (lower management)memusatkan perhatian pada keputusan yang di program.

c.       Deskripsi Mengenai Pengambilan Keputusan
Dua model pengambilan keputusan yang sangat sering terdapat dalam suatu organisasi adalah model normatif dan model deskriptif.
Ø  Model normative yaitu sebuah model  pengambilan keputusan yang memberikan kepada manajer sebagai pengambil keputusan mengenai bagaimana ia harus mengambil sekelompok keputusan. Model normatif secara umum telah dkembangkan oleh para ekonom dan ilmuwan manajemen. Salah satu contoh model normatif dalam akutansi adalah mengenai penganggaran modal.
Ø  Model deskriptif yaitu sebuah model pengambilan keputusan yang berusaha untuk menjelaskan prilaku konkret dan karena itu telah dikembangkan terutama oleh para ilmuwan prilaku.

d.            Kriteria untuk Pengambilan Keputusan
Pada model normatif kriteria untuk menentukan satu diantara beberapa alternatif adalah memaksimumkan atas laba, utilitas, nilai yang diharapkan, dan sejenisnya. Tujuan ini apabila dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, dianggap sebagai fungsi objektif sebuah keputusan.
Pandangan alternatif pada kriteria pengambilan keputusan adalah perumusan. Pandangan tersebut berasal dari model prilaku deskriptif yang mengatakan bahwa manajer sebagai pengambil keputusan tidak mengetahui seluruh alternatif dan harus mencarinya. Mereka tidak sepenuhnya rasional atau menyeluruh dalam pencariannya. Mereka mengadakan simplikasi atas faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dan karena itu mengurangi banyaknya hal yang harus dipertimbangkan.

C.     Kedudukan Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari  bahasa Inggris Evaluation; dalam bahasa Arab: al-taqdir; dalam  bahasa Indonesia berarti: penilaian. Asal katanya adalah value  dalam Babasa Arab adalh al-qimah   dan dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educationnal evaluation = al-Taqdir al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai penilaian-penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Menurut Arifin (1988) evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu. Sedangkan menurut Witherington dalam Arifin (1988) mengatakan bahwa ”an evaluation is a declaration that some things has or does not have value”. Sehingga dalam hal ini evaluasi menentukan apakah sesuatu itu mempunyai atau tidak mempunyai nilai.
Adapun tujuan Umum dari Evaluasi adalah ini adalah:
Ø  Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Ø  Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
Ø  Menilai metode mengajar yang dipergunakan
Adapun tujuan Khusus dari evaluasi adalah:
Ø  Merangsang kegiatan siswa
Ø  Menemukan sebab-sebab kemajuan/kegagalan
Ø  Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
Ø  Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan.

a.      Jenis-jenis Evaluasi
1.      Evaluasi Formatif
Fungsi Evaluasi Formatif yaitu untuk memperbaiki proses belajar mengajar kearah yang lebih baik, memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui hingga dimana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran. Aspek-aspek yang dinilai yaitu yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah disajikan. Waktu pelaksanaan yaitu setiap pelaksanaan satuan program belajar mengajar
2.      Evaluasi Sumatif
Fungsi Evaluasi Sumatif yaitu untuk menentukan angka nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan, semester akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan. Dan untuk memperbaiki situasi proses beljar mengajar kearah yang lebih baik serta untuk kepentingan penilaian selanjutanya. Tujuannya untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program bahan pengajaran dalam satu catur wulan, semester, akhir tahun atau akhir suatu program bahan pengajaran pada suatu unit pendidikan tertentu. Aspek-aspek yang dinilai adalah kemajuan belajar yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah diberikan.

3.      Evaluasi Placement (Penempatan)
Fungsi dari Evaluasi Placement adalah untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinys ysng tepat. Tujuannya yaitu untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan serta keadaan-keadaan lainnya, sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program/bahan yang disajikan guru. Aspek-aspeknya yaitu mengenai keadaan fisik, psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan, keterampilan sikap dan lain-lain serta aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan nak selanjutnya. Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti proses belajar mengajar yang permulaan atau anak tersebut baru akan mengikuti pendidikan disuatu tingkat tertentu.

4.      Evaluasi Diagnostik
Fungsi Evaluasi Diagnostik ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu dan bagaimana usaha untuk memecahkannya. Tujuan dari evaluasi diagnostik ini untuk mengatasi / membantu pemecahan kesulitan/hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar pada suatu bidang studi/keseluruhan program pengajaran. Aspek-aspek dari evaluasi ini yaitu dari hasil belajar, latar belakang kehidupan anak, keadaan keluarga lingkungan dan lain-lain. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

b.      Kedudukan Evaluasi Dalam Proses Pendidikan
Kedudukan evaluasi dalam belajar dari pembelajaran sungguh sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses belajar dan pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi atom diketahui apakah belajar dan pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut berhasil dart faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran.
Evaluasi juga punya kedudukan yang tak terpisahkan dari belajar dan pembelajaran secara keseluruhan, karena strategi belajar dan pembelajaran, proses belajar dan pembelajaran menempatkan evaluasi sebagai salah satu langkahnya. Hampir semua ahli prosedur sistem instruksional menempatkan evaluasi ini sebagai langkah-langkahnya. Perhatikan pula langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli berikut, pasti kita akan tahu betapa tidak dapat terpisahkan evaluasi tersebut dengan keseluruhan proses belajar dan pembelajaran.

D.    Prinsip Dasar Pelaksanaan serta Isu Evaluasi Penjas
Evaluasi pada dasarnya merupakan upaya atau suatu proses yang sistematis untuk melakukan pertimbangan nilai tentang sesuatu objek tertentu (misalnya produk, kinerja, tujuan, proses, prosedur, program, pendekatan, dan fungsi). Dalam evaluasi penjas, yang menjadi objeknya adalah proses dan hasil pembelajaran penjas. Dalam konteks ini guru penjas melakukan evaluasi dengan maksud untuk melihat apakah usaha yang dilakukan melalui proses pembelajaran penjas telah mencapai tujuan yang diharapkan.
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa sebagai bahan mentah, maka dengan sendirinya lulusan yang dihasilkan dapat disamakan dengan hasil olahan yang diharapkan siap pakai. Istilah yang terkait dengan uraian singkat tersebut adalah input, transformasi, dan output.
Input merupakan bahan mentah yang dimasukan ke dalam transformasi. Dalam pendidikan, maka yang dimaksud bahan mentah adalah calon siswa yang akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat pendidikan atau pembelajaran (kelas), maka calon siswa dievaluasi terlebih dahulu kemampuannya. Melalui evaluasi tersebut, akan diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pembelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan pembelajaran yang diberikan kepadanya.
Transformasi, merupakan suatu mesin atau proses yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam pendidikan, maka yang dimaksud dengan transformasi adalah sekolah dengan segala sistem pendidikan atau pembelajaran yang diberlakukan. Bahan jadi yang diharapkan melalui pendidikan adalah lulusan yang dihasilkan dan sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang terkait dengan proses pembelajaran, baik terikat secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut, antara lain meliputi: guru, bahan pelajaran, metode dan alat pembelajaran, sistem administrasi serta evaluasi.
Output, merupakan bahan jadi yang dihasilkan melalui suatu proses transformasi. Dalam bidang pendidikan, maka output yang dihasilkan adalah lulusan yang dihasilkan oleh setiap jenjang penyelenggara pendidikan (pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi).
Umpan balik (feed back), merupakan suatu informasi, baik yang menyangkut output maupun proses transformasi, yang sangat diperlukan bagi perbaikan kedua aspek tersebut. Lulusan (output) yang kurang berkualitas, akan menggugah semua pihak yang terkait untuk mengambil tindakan konstruktif yang berhubungan dengan penyebab timbulnya keadaan tersebut. Penyebab-penyebab tersebut antara lain adalah input yang kurang baik kualitasnya, guru yang kompetensi atau kualifikasinya rendah, bahan pelajaran yang kurang cocok, metode dan alat pembelajaran yang tidak tepat, sistem administrasi serta alat evaluasi yang kurang memenuhi persyaratan.
Oleh karena itu, untuk mengurangi berbagai isu dalam melaksanakan evaluasi, baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran penjas di sekolah, dan agar evaluasi dapat memenuhi fungsinya untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar, maka pelaksanaan evaluasi seyoyanya mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai berikut:
Ø Evaluasi harus menyeluruh dan terpadu meliputi banyak segi, seperti calon siswa, proses pembelajaran (transformasi) dan lulusan yang dihasilkan.
Ø Evaluasi harus mencakup seluruh aspek pendidikan sebagai sebuah system baik menyangkut raw input, instrumental input, environmental input, proses tranformasi, maupun output secara terpadu. Karena suatu proses dan hasil pembelajaran akan banyak dipengaruhi oleh berbagai factor, komponen dan dimensi yang mengitarinya. Seperti dalam aspek rawinput, karakteristik calon siswa pun turut mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran penjas. Bagaimana kurikulum, materi, metode pembelajaran, dan fasilitas, sarana dan parasarana yang digunakan juga turut mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Demikian pula halnya dengan aspek environmental input, seperti lingkungan keluarga yang mendukung atau tidak, lingkungan social budaya setempat, agama, dan bahkan politik pun turut mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran penjas.
Ø Proses pengumpulan Data Dilakukan Melalui Kerjasama Secara Alami. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan memotivasi siswa, hindarkanlah penggunaan standar yang baku atau perbandingan dengan teman. Sebagai penggantinya, lakukanlah kerjasama antara guru dengan siswa secara individu untuk mendiskusikan tujuan belajar yang ingin dicapai. Bimbinglah dan doronglah siswa untuk menentukan tujuan-tujuan yang maksimal, akan tetapi realistic, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Para siswa akan lebih menjadi termotivasi untuk melakukan tes serta tekun belajar dengan baik manakala mereka bekerja sama dengan gurunya.
Ø Proses Pengumpulan Data dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.







DAFTAR PUSTAKA
Ø  Lutan Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak Di Sekolah Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional DIJDASMEN.
Ø  Mahedra Agus. 2009. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani.Bandung. Progran Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Ø  Svoboda, B. and R Richtecky, Eds. 1995.  Physical Activity for Life: Compaarative Physical Education and Sport. Vol. 9 Aachen, Ger: Meyer and Meyer.
Ø  Freeman H. William . 2001. Physical Education and Sport INA Changing Society. United States of  America. Sixth Edition. Campbell University.
Ø  Herjanto Eddy. 2001. Manajemenn Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama
Ø  Sule Ernie Tisnawati. 2005.Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media
Ø  Siswanto H. B. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung : PT. Bumi Aksara
Ø  http://juniarari.blogspot.com/2011/11/makalah-kedudukan-evaluasi-dalam-proses.html, diakses pada hari sabtu 04 Oktober 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar