Jumat, 24 Juli 2015

Validitas dan macam- macam validitas

A.    Pengertian Validitas
Validitas merupakan suatu keadaan yang menggambarkan ketepatan dan kesahihan pada suatu instrument yang  digunakan alam suatu penelitian.
 Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan. Adapun validitas menurtut para ahli yaitu sebagai berikut:
Ø  Menurut Gronlund dan Linn (1990): Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
Ø  Menurut Anastasi (1990): Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut; “What the test measure and how well it does”
Ø  Menurut Arikunto (1995): Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
Ø  Menurut Sukadji (2000): Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
Ø  Menurut Azwar (1986):Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
Ø  Menurut Sugiyono (2006) Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian.
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78). Masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Validitas suatu instrumen selalu bergantung kepada situasi dan tujuan khusus penggunaan instrumen tersebut. Suatu tes yang valid untuk suatu situasi mungkin tidak valid untuk situasi yang lain. Maka dari itu, dikenal beberapa macam validitas, yaitu :
a.      Validitas Isi
Menurut Djaali dan Pudji (2008)  validitas dibagi menjadi 3 yaitu:
1.      Validitas isi (content validity)
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Menurut Gregory (2000) validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran(GBPP).
Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logis).
Ø  Face Validity (Validitas Muka)
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.
Ø  Logical Validity (Validitas Logis)
Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur
Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkuatan.
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, seperti materi/bahan yang dipakai sebagai alat evaluasi juga merupakan sampel representattif dari pengetahuan yang harus dikuasai. Dengan menggunakan kisi-kisi dan format penulisan soal, keseluruhan soal yang disajikan dalam alat evaluasi akan merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan siswa yang akan diuji. Apabila soal evaluasi tersusun dari bahan-bahan diluar materi yang diajarkan maka soal tersebut tidak valid menurut validitas isi. Agar soal yang dibuat memiliki validitas isi yang baik, haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu :
Ø  Bahan evaluasi merupakan sampel representatif untuk mengukur seberapa jauh tujuan dapat tercapai
Ø  Titik berat bahan yang diujikan harus berimbang dengan titik berat bahan dalam kurikulum
Ø  Untuk mengerjakan evaluasi tidak diperlukan pengetahuan bahan yang belum diajarkan.

Validitas isi menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki. Dalam menilai validitas isi suatu instrumen, kita berkepentingan dengan masalah seberapa jauh isi instrumen itu mencerminkan seluruh universum isi yang diukur? Agar dapat memiliki validitas isi, suatu ukuran harus secara memadai menarik sampel topik maupun proses kognitif yang terdapat di dalam universum isi bidang yang sedang diteliti. Tentu saja universum isi semacam itu bersifat teoritis. Akan tetapi, kita dapat membuat suatu kerangka atau kisi-kisi topik, kecakapan, dan kemampuan yang merupakan wilayah isi yang sedang diukur, disertai petunjuk tentang pentingnya tiap-tiap wilayah itu. Butir-butir tes dapat ditulis berdasarkan kerangka ini sebagai pedoman.   Validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Pengesahan ini pada dasarnya dan terpaksa didasarkan pada pertimbangan, dan pertimbangan tersebut harus dilakukan secara terpisah untuk setiap situasi. Peneliti harus selalu menilai validitas isi dari tes hasil belajar buatan sendiri maupun baku yang akan dipakai dalam penyelidikannya.

b.      Validitas empiris ( kriteria)
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.
Ø  Validitas internal
Validitas internal merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan instrumen sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan menggunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan dan sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga validitas butir.
Pengujian validitas butir instrumen atau soal tes dilakukan dengan menghitung koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal tes dengan skor total instrumen atau tes. Butir atau soal yang dianggap valid adalah butir instrumen atau soal tes yang skornya mempunyai koefesien korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen atau tes.

Ø  Validitas eksternal
Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur instrumen yang sudah baku atau instrumen yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan hasil ukur instrumen yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukur instrumen baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefesien korelasi yang didapat, maka validitas instrumen yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal adalah nilai table r (r-tabel).
*      Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua macam yaitu:Validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah adalah ukuran atau penampilan masa yang akan datang.
*      Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.
Validitas yang dikaitkan dengan kriteria menunjuk pada hubungan antara skor suatu instrumen pengukuran dengan suatu variabel (kriteria) luar yang mandiri dan dipercaya dapat mengukur langsung tingkah laku atau ciri-ciri yang diselidiki. Misalnya jika seseorang menyelidiki hubungan antara skor suatu tes bakat skolastik dengan indeks prestasi (IP) di perguruan tinggi maka itu berarti bahwa ia menyelidiki validitas es bakat tersebut yang dikaitkan dengan suatu kriteria. Dalam hal ini, kriteria tersebut adalah IP.
Validitas semacam ini lebih memberi tekanan kepada kriterianya, bukan kepada instrumen itu sendiri. Hal yang terutama diperhatikan adalah apa yang dapat diramalkan oleh instrumen tersebut, bukan isi tesnya. Berbeda dengan validitas isi, validitas yang dikaitkan dengan kriteria ini menggunakan teknik-teknik empiris untuk menyelidiki hubungan antara skor instrumen yang sedang dipersoalkan dengan kriteria luar. Ciri yang harus dimiliki oleh ukuran kriteria adalah relevansi. Kita harus menilai apakah kriteria yang dipilih itu benar-benar menggambarkan ciri-ciri yang tepat dari tingkah laku yang sedang diselidiki. Ciri yang kedua ialah bahwa suatu kriteria haruslah reliabel (dapat dipercaya). Ini berarti bahwa kriteria tersebut harus merupakan ukuran yang ajeg bagi atribut tersebut, dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi yang lain. Ciri ketiga hendaknya kriteria bebas dari bias. Artinya, pemberian skor pada suatu ukuran kriteria hendaknya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor selain penampilan sebenarnya pada kriteria itu. Setelah kriteria luar itu ditetapkan, maka data empiris pun dapat segera dikumpulkan untuk menilai hubungan antara skor pada instrumen pengukur dengan skor pada kriteria.

c.       Validitas Konstruk (Construct validity)
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Menurut Technical Recommendation (APA, 1954) dan Cronbach & Meehl (1955), validitas konstruk dihadirkan sebagai alternatif terhadap model kriteria maupun model isi, dan dalam hal-hal tertentu terdapat kesamaan di antara mereka. Cronbach & Meehl (1955; 282) mengatakan bahwa validitas konstruk kapanpun dicakup dalam suatu tes yang diinterpretasikan sebagai suatu ukuran dari beberapa atribut atau kualitas, yang adalah tidak didefinisikan secara operasional, dan pada atribut mana tidak memiliki kriteria yang cukup (1955; 299). Technical Recommendation (APA, 1954) dan Cronbach & Meehl (1955), keduanya telah membicarakan validitas konstruk sebagai satu tambahan terhadap model kriteria dan model isi dan tidak ada maksud mengesampingkan.
Cronbach & Meehl (1955; 282) mengatakan bahwa penetapan konstruk psikologik karena untuk performansi tes diperlukan sekali pada hampir setiap tes. Bahkan jika tes yang awalnya divalidasi menggunakan evidensi kriteria atau isi, perkembangan tentang pemahaman yang lebih dalam mengenai konstruk atau proses laporan untuk performansi tes memerlukan satu pertimbangan validitas konstruk. Sehingga Cronbach & Meehl (1955) menganjurkan bahwa validitas konstruk adalah pervasive, tetapi ia tidak hadir sebagai satu kerangka kerja yang mengatur secara umum untuk validitas.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.




DAFTAR PUSTAKA
Ø  Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Ø  Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar